Usaha toko khusus cat yang lengkap memang belum menjamur. Namun, beberapa pelaku mengaku bisa mendapatkan keuntungan dari usaha ini. Dengan strategi jemput bola, investasi Anda yang besar bisa kembali paling tidak dalam lima tahun.
Rumah tampil dan terlihat indah merupakan idaman setiap orang. Selain desain rumah, faktor yang tak kalah penting dalam mempercantik rumah adalah pilihan cat.
Karena itu, para produsen cat menggunakan strategi hasil cat yang terang (tidak gampang luntur), awet, dan tahan cuaca untuk menunjukkan kualitas cat produksinya.
Meski bukan bagian terpenting dalam bangunan, kebutuhan cat juga tidak bisa diabaikan. Selain dibutuhkan saat membangun rumah, orang membutuhkan cat juga saat merenovasi dan pengecatan ulang (repainting) rumah. Lantaran jumlah rumah atau properti yang perlu dicat cukup banyak, bisnis penjualan cat memang menjanjikan. Selain dijual di toko dan supermarket bangunan, belakangan ini kian marak toko yang khusus menjual cat.
Memang, jumlah toko spesialis cat sangat sedikit ketimbang toko bangunan. Tapi, justru di sinilah peluang bisnis ini begitu menjanjikan. “Kalau khusus menjual cat, pembeli akan dihadapkan pada banyak pilihan, jadi mereka lebih puas berbelanja,” kata Suryadi, Staf Pemasaran Toko Cat Sentra Multiwarna yang berlokasi di Cibubur, Jawa Barat.
Karena itu pula, Rudy Setyawan, pemilik Toko Kalbar, toko khusus menjual cat di Batam, mencoba membuka minimarket khusus cat meskipun dia sudah memiliki toko bangunan yang juga menjual cat. “Semula, tempat itu adalah gudang. Tapi, saya pikir kenapa tidak disulap jadi toko khusus cat saja. Ternyata, langkah ini memudahkan pembeli kami,” ujar Rudy yang baru setahun ini membuka toko khusus cat itu.
Menurut pemilik toko cat Warna Abadi di Yogyakarta, Wibowo Jodhisno, prospek toko khusus cat masih sangat potensial. Buktinya, mulai tahun ini, dia gencar mencari investor untuk membuka toko khusus cat. “Selama 20 tahun menjalankan usaha ini, kami baru fokus di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Tahun ini, kami akan mencari mitra yang ingin membuka di Jakarta,” katanya.
Saat ini, Warna Abadi sudah memiliki 26 toko. Perinciannya 14 toko di Yogyakarta, 10 toko di Solo, dan dua toko di Jakarta. Wibowo bilang, dua toko di Jakarta merupakan hasil kerja samanya dengan investor. Jika Anda tertarik dengan bisnis ini, berikut beberapa gambaran sekilas bisnis ini.
Modal besar
Untuk membuka usaha toko khusus cat yang benar-benar komplet, ternyata modal yang harus Anda siapkan tidak kecil. Nilainya hampir sama ketika Anda ingin membuka usaha toko bangunan. Paling tidak, Anda harus mengantongi kocek mulai Rp 1 miliar hingga Rp 3 miliar lebih. Uang itu antara lain digunakan untuk belanja stok awal barang, renovasi tempat usaha, membeli lahan usaha, belanja peralatan dan perlengkapan gerai, serta membeli mesin oplosan cat.
Rudy bilang, mesin oplosan cat sangat penting bagi usaha ini. Di awal usaha, minimal pelaku bisnis ini harus memiliki tiga mesin oplos. “Saya kira tahun 2013 akan lebih banyak permintaan oplosan. Selain itu, biar stok barang di toko tidak terlalu banyak,” katanya. Harga satu mesin oplos cukup mahal, minimal Rp 150 juta.
Wibowo bilang, untuk menjadi mitranya, Anda cukup menyetor modal Rp 1 miliar. Dana itu digunakan untuk renovasi Rp 200 juta dan stok barang Rp 800 juta. Jadi, investasi itu belum termasuk sewa tempat atau pembelian lokasi. “Renovasi itu sudah termasuk biaya perlengkapan dan peralatan toko,” katanya.
Investor Warna Abadi tidak perlu terjun langsung ke dalam usaha ini, sebab manajemen operasional toko akan dikelola oleh pihak Warna Abadi. “Yang jelas, setiap tahun, investor akan menikmati 70% dari hasil keuntungan yang didapat dalam usaha ini. Dan, dalam lima tahun modal sudah kembali,” tandas Wibowo.
Jemput bola
Investasi untuk membuka usaha ini cukup besar. Untuk balik modal dan menikmati keuntungan, paling tidak membutuhkan waktu antara tiga hingga lima tahun. “Kalau per bulan bisa untung 10% saja sudah lumayan,” kata Rudy. Ia menyarankan, di awal menjalankan usaha ini, Anda jangan terlalu mengambil margin usaha terlalu besar. Target awal adalah menarik semakin banyak pelanggan. Sebab, saingan usaha ini cukup berat, yakni bisnis toko bangunan.
Lantaran persaingan yang cukup ketat, menurut Suryadi, pemilik toko khusus cat harus melakukan upaya jemput bola pada calon pembeli. “Tidak hanya mengandalkan pembeli eceran yang datang ke toko,” jelasnya. Karena itu, perlu ada tim pemasaran khusus yang diterjunkan ke lapangan.
Selain pembeli eceran, Anda juga harus menyasar pembeli dari kalangan kontraktor atau pengembang properti. Mereka merupakan calon pelanggan strategis yang belanja rutin setiap bulan. Selain itu, kapasitas belanja mereka juga besar. “Satu kontraktor rata-rata belanja 600 liter cat setiap bulan,” kata Suryadi. Harga per 20 liter cat antara Rp 400.000 hingga Rp 2 juta. Meski baru dua tahun berdiri, Sentra Multiwarna yang baru memiliki dua toko telah menggaet 10 kontraktor. Omzet per bulan mencapai Rp 900 juta per toko.
Untuk menggaet para kontraktor itu, para petugas pemasaran Anda bisa diterjunkan ke para pengembang perumahan untuk menawarkan produk cat yang Anda jual.
Namun Rudy mengingatkan, meskipun memiliki pelanggan para kontraktor, Anda harus memperhatikan sistem pembayaran. “Jangan hanya tergiur dengan potensi belanja banyak, sistem pembayarannya juga harus diperhatikan,” jelasnya. Sebab, ada kontraktor yang minta kerja sama dengan sistem pembayaran di belakang. Hal ini cukup membahayakan lantaran bisa jadi Anda akan direpotkan dalam penagihan.
Pilihan paling ideal adalah menggunakan sistem pembayaran di depan atau secara tunai, bukan dengan cicilan. Bila ingin menarik mereka tetap menjadi pelanggan, cara yang bisa dipakai adalah dengan memberikan diskon harga.
Tenaga pemasaran di lapangan sangat penting lantaran usaha ini terbilang susah-susah gampang untuk dikerjakan. Apalagi dengan investasi yang besar itu, Anda harus lebih aktif menjemput pembeli. “Tidak sedikit toko khusus cat yang mati, terutama di Yogyakarta, karena pemasaran,” kata Wibowo.
Anda juga jangan hanya mengandalkan penjualan musiman. Biasanya, di akhir tahun atau menjelang Lebaran, permintaan cat akan tinggi. Tanpa ada upaya pemasaran, di luar momentum itu, usaha Anda bisa susah. “Inilah tantangan menjalankan usaha ini, yakni tidak boleh berpangku tangan saja di toko,” kata Suryadi.
Lokasi usaha
Untuk membuka usaha ini, lokasi usaha menjadi hal yang tidak boleh Anda abaikan. Anda harus memilih lahan yang strategis, paling tidak di pusat kota atau di kawasan yang sudah ramai penduduknya. “Memang risikonya harga sewa atau harga lokasinya akan lebih mahal dibanding dengan di pinggiran. Tapi, di sanalah banyak pembeli potensial,” kata Rudy.
Lokasi lain yang cukup strategis adalah kawasan pengembangan properti. Artinya, daerah itu memang sedang gencar membangun aneka hunian. “Kami bisa mendapat mitra kontraktor karena lokasi di Cibubur ini memang cukup strategis,” tandas Suryadi.
Pilihan lokasi yang strategis juga cukup penting, khususnya jika Anda pemain baru yang merek toko belum akrab di telinga masyarakat. Paling tidak, dengan berada di lokasi strategis, banyak orang akan melihat toko Anda dan berpotensi menjadikannya sebagai pilihan tempat belanja cat konsumen.
Lokasi yang harus Anda miliki minimal ada dua ruangan. Satu ruangan untuk toko, sedangkan satu ruangan lagi untuk gudang. Satu ruangan paling tidak memiliki berukuran 80 meter persegi (m²). “Kami mensyaratkan, calon mitra harus memiliki lokasi minimal seluas 140 m²,” ungkap Wibowo.
Rekanan pabrik
Supaya mampu memberikan harga bersaing di pasar, Anda juga harus berbelanja cat dari pabrik langsung atau setidaknya distributor besar. Seiring dengan berjalannya waktu, toko Anda akan didatangi oleh tim pemasaran produsen cat lain. “Kalau mereka sudah melihat toko kita, mereka justru akan menawari, tak perlu repot mencari produsen yang memasok barang,” kata Rudy.
Suryadi menambahkan, mengambil barang langsung dari pabrik jauh lebih murah ketimbang membeli dari distributor. “Karena tidak bisa mengambil margin keuntungan besar, kita juga harus mencari barang yang harganya lebih miring,” katanya.
Pengeluaran
Sebagai pemain pemula, setiap bulan, Anda bisa menargetkan meraup omzet Rp 650 juta dengan perincian: pendapatan dari pembeli Rp 250 juta dan kontraktor Rp 400 juta. Dengan pendapatan sebesar itu, setiap bulan, Anda harus belanja barang senilai Rp 560 juta, menggaji 15 karyawan sebesar Rp 20 juta, membayar listrik, air, dan telepon Rp 2 juta, dan transportasi pengiriman barang Rp 9 juta. Dengan asumsi tersebut, Anda akan mendapatkan laba Rp 59 juta per bulan.
Bila Anda merogoh modal Rp 2,5 miliar untuk membeli tiga mesin oplos cat total seharga Rp 450 juta, membeli ruko dua lantai Rp 2 miliar, merenovasi dan perlengkapan gerai masing-masing Rp 25 juta, maka perkiraan balik modalnya memakan waktu sekitar 3,5 tahun.
Anda tertarik?
Sumber : peluangusaha.kontan.co.id