Siapa yang tidak ngiler ketika mendengar kata es cendol? Apalagi ketika berada di bawah panasnya terik matahari menyantap es cendol bisa menjadi pelepas dahaga yang menyegarkan. Es cendol selama ini dikenal sebagai minuman khas dari daerah Jawa Barat. Namun kini, es cendol sudah menjadi minuman rakyat Indonesia karena dimana-mana bisa ditemui dengan mudah penjual es cendol meskipun namanya berbeda-beda. Di daerah Banjarnegara misalnya, es cendol tersebut lebih dikenal sebagai dawet. Begitu juga di daerah Purbalingga, Kebumen, dan daerah Jawa Tengah yang lainnya.
Es cendol selain menyegarkan juga mengeyangkan, apalagi ditambah dengan berbagai bahan tambahan yang lain makin menjadikan es cendol bisa menjadi alternatif minuman dikala senggang. Bahan pembuat es cendol sendiri berupa tepung beras yang mengandung karbohidrat, selain itu juga minuman ini mengandung protein dan lemak yang berasal dari santan. Dalam membuatnya, sebaiknya menggunakan tepung beras yang berkualitas baik dan hindari menggunakan tepung beras yang sudah apek karena akan mempengaruhi rasa. Selain itu, santan yang tidak habis dalam sehari sebainya tidak digunakan pada hari berikutnya karena kualitasnya sudah berkurang.
Selama ini kebanyakan penjual es cendol menggunakan media gerobak untuk berjualan. Namun, tidak sedikit juga yang menetap pada suatu lokasi (mangkal) menggunakan gerobak. Lokasi yang selama ini menjadi tempat potensial untuk berjualan es cendol adalah di depan minimarket yang cukup ramai. Karena untuk membuka usaha ini tidak membutuhkan tempat yang terlalu luas, sehingga dengan ‘menumpang’ di tempat-tempat yang potensil bisa menjadi alternatif pilihan.
Perlengkapan dalam membuka usaha es cendol ini antara lain gerobak dorong, kemudian ada ember plastic, stoples kaca untuk wadah cendol, santan, dan gula merah, selain itu juga ada gelas dan sendok secukupnya.
Salah satu resiko dalam membuka usaha es cendol ini adalah sepinya pembeli. Hal ini biasa terjadi akrena salah perhitungan dalam menentukan lokasi. Jika lokasi dirasa cukup potensial tetapi tetap sepi pemblei, maka teknik penetapan harga promosi bisa menajdi salah satu solusi. Sementara resiko persaingan cukup kecil karena belum terlalu banyak yang berjualan minuman ini.
Resep membuat es cendol
Bahan:
- 125 gram tepung beras
- 50 gram tepung sagu
- 75 cc air daun pandan/suji
- 450 cc air
- garam secukupnya
- 200 gram gula jawa, rebus dengan 125 cc air sampai larut dan kental (sirup gula merah)
- 500 cc santan dari ½ butir kelapa, peras dengan air matang
- Campur tepung beras dan sagu menjadi satu lalu cairkan dengan sebagian air.
- Didihkan sisa air dengan garam dan air daun pandan/suji.
- Masukkan cairan tepung ke dalam air yang sudah mendidih tadi, aduk rata, masak hingga matang dan kental.
- Saring adonan cendol dengan saringan cendol (berbentuk bulat-bulat pada permukaan saringannya) sambil ditekan-tekan sehingga ke luar dalam bentuk bulat pendek-pendek. Tampung cendol yang sudah disaring dalam baskom yang berisi air matang yang diisi es batu. Jika cendol sudah mengeras, saring, sisihkan.
- Cara menghidangkan: masukkan cendol ke dalam gelas, tuang sirup gula merah dan santan. Tambahkan dengan es batu atau es serut. Analisa ekonominya: Asumsi
- Masa pakai gerobak 3 tahun
- Masa pakai perlatan aneka wadah gentong, ember, dan stoples 2 tahun
- Masa pakai perlatan makan, minum, dan kompor 2 tahun
a. Biaya investasi Gerobak Rp. 2.000.000 Aneka wadah Rp. 100.000 Peralatan makan dan minum Rp. 500.000 Total investasi Rp. 2.600.000 b. Biaya operasional per bulan 1. Biaya tetap Penyusutan gerobak 1/36 x Rp.2.000.000 Rp. 55.600 Penyusutan Aneka wadah 1/24 x Rp. 100.000 Rp. 4.200 Penyusutan peralatan minum 1/24 x Rp. 500.000 Rp. 20.800 Uang kebersihan Rp. 10.000 Upah karyawan 1 orang Rp. 500.000 Total biaya tetap Rp. 590.600 2. Biaya variabel Tepung aren (1/2 kg x Rp.10.000/kg x 30 hari) Rp. 150.000 Tepung beras (1/4 kg x Rp.12.000/kg x 30 hari) Rp. 90.000 Daun suji (Rp. 4.000 x 30 hari) Rp. 120.000 Daun pandan (Rp.1.000 x 30 hari) Rp. 30.000 Kelapa (2 butir x Rp.5.000/butir x 30 hari) Rp. 300.000 Gula merah (Rp.8.000 x 30 hari) Rp. 240.000 Nangka (Rp. 3.000 x 30 hari) Rp. 90.000 Es batu (Rp.5.000 x 30 hari) Rp. 150.000 Gas ( Rp.15.000/7 hari x 30 hari) Rp. 64.300 Total biaya variable Rp. 1.234.300 Total biaya operasional Rp. 1.824.900 c. Penerimaan per bulan Es cendol 50 gelas x Rp.2.000/gelas x 30 hari Rp. 3.000.000 d. Keuntungan per bulan Keuntungan = Total penerimaan-total biaya operasional = Rp. 3.000.000-Rp. 1.824.900 = Rp. 1.175.100 e. Revenue Cost Ratio (R/C) R/C = Total penerimaan:Total biaya operasional = Rp.3.000.000 : Rp.1.824.900 = 1,64 f. Pay Back Period Pay back period = (Total biaya investasi:keuntungan x 1 bulan) = (Rp. 2.600.000 : Rp. 1.175.100) x 1 bulan = 2,2 bulanDiolah dari berbagai sumber dan buku “40 peluang bisnis makanan dan minuman kaki lima modal 2-8 juta: Agromedia”
Sumber : bisnisukm.com